Tapasudana

Balinese actor, giving workshop theatre Tribuana, live in Montreuil now, in France since 1974; Contact Skype: tapasudana

My Photo
Name:

Actor from Bali, Indonesia live in France since 1974, born in Bali 1945, contact: tapasudana45@gmail.com ; Créateur Serviteur émetteur de http://theatretribuana.blogspot.com/2008/05/eveiller-et-cultiver-lexpression-des.html

Monday, July 21, 2014

Presiden suatu negara, pemimpin pengayom rakyatnya, ketua yang menuai, memberi sinar penuntun kesejahteraan ....

Merenung hari hari pemilihan umum, pemilihan presiden Republik Indonesia 2014-2019.

Presiden memimpin, menuntun, mengayom, memangku kebutuhan rakyatnya yang aneka ragam: suku, bahasa, agama, adat-istiadat kedaerahannya, budhi-daya suku bangsanya, aneka alam tanah airnya. Nusantara Indonesia telah melintasi masa-waktu pemersatu dibawah tuntunan Bung Karno (Soekarno), masa pembangunan Suharto, Masa olah-alih kesepakatan pikiran dimana praktik diskusi kecerdasan otak dan panen kesarjanaan universitas dipraktekkan, diperdebatkan. Lapangan kerja dan kepemimpinan ditentukan oleh S S 1,2,3,4, hingga S lilin kemanisan yang memikat, membujuk, membangga diri pemiliknya. Harga manusia tergantung dari S S nya. Tapi nilai kepribadiannya, telah tersisih dari sekolahan Pendidikan budhi pekerti. Kepintaran lebih diutamakan.
Kini memasuki abad ke-21, apakah nilai kepribadian, nilai watak, kebijaksanaan bisa diutamakan? Paling tidak harus mendampingi kecerdasan sang pemimpin.
Mari meneliti dan memeriksa dengan tiga patokan dasar dalam memandang dan menilai seorang manusia:

  1. ke otak an - pencipta cahaya, surya jagat, matahari dunia;
  2. ke bayu an- emosi, tenaga kehidupan;
  3. ke badan an- kebendaan, kematerian, karya, kerja sehari hari, bangunan apa yang diadakan dan yang telah ada.
Dengan tiga senjata pengamat, tiga parameter pemeriksa, bisa menjadi 3 sarana pencipta, sarana penuntun, sarana penghidup.

Pikir, bicara, kerja/tingkah laku.

Setelah itu dengan 5 jari, lima sila penari jejari, mengembang patokan kehidupan sehari hari.




Hampir 70 tahun umur Indonesia,
apakah bangsa ini belum mampu menghidupi tingkah bijaksana dalam bermasyarakat? bernegara? berpolitik? beragama? berbudaya?
Satu bangsa, satu bahasa, satu negara,  Nusantara Indonesia, kita bangsa Indonesia kenyataannya bukan orang Indo saja, tapi yang lebih mendalam dan mendasar adalah satu bangsa antara nusa-nusa polinesia, Nusa Antara Nusa-Nusa dengan kebhinekaan suku, keragaman bahasa, budaya dan tradisi kedaerahannya.

69 tahun sekolah kehidupan, berapa titel Sarjana telah dimiliki seharusnya oleh setiap warga bangsa?
Itu bisa ditotal kalau memang ada seni mewaris kebijaksanaan dikeluarga bangsa Indonesia yang baru disusun, diperSATUkan. Memerintah nusa-antara Indonesia bukan dari pusat kriterianya. Mengerti keadaan, kenyataan rakyat adalah sinar "pemerintahan". Ah, ada gunanya kalau kata "pemerintahan" diganti dengan "pengayoman", "pemangku" Hamengku Bhuwono, pemangku alam, memangku diri, keluarga, daerah, negara, semesta ....

Ketika rakyat telah memasuki masa kecerdasan pikiran, sudah sewajarnya buah pikiran yang memberi sinar penerangan, penjelasan, penuntun gerak laku kreativitas dikehidupan, dengan catatan yang penting dihormati adalah menguasai ambisi emosionil yang sangat gampang mengotori kebersihan buah cipta.

Apakah bangsa Indonesia telah mendidik rakyatnya, menyiapkan masyarakat berlaku mengutamakan menjunjung tinggi nilai kecerdasan otak? Nilai intelegensia didampingi oleh kedamaian budhi daya (budaya) akan menuntun tingkah laku yang sejahtera mendamai. Ini mungkin terjadi bila unsur keagamaan yang ada dibumi Indonesia telah mencapai tingkat kedewasaan ditanah Panca Sila Nusa-Antara Indonesia; Toleransi meminta dukungan pengertian dengan pandangan luas, lapang dada menerima dan mengerti kebhinekaan, memeluk merangkum dihati keragaman jenis suku yang ada, bahasa, agama, aliran pikiran. Kemana mengalirnya semua sungai didaratan, kalau tidak kelaut? Kemana mengalirnya smua aliran pikir, tenaga, gerakan yang ada kalau bukan keteduh samudera kedamaian, kesejahteraan masyarakat?

Pelajaran yang baik dicerna adalah, di negara sekitar Jerusalem telah lahir 3 agama, tapi dengan 3 agama kedamaian belum bertahta didaerah itu. Adakah bahasa penghambat marga kedamaian? Bisa juga terjadi bahwa bahasa bisa melahirkan salah pengertian. Atau kepicikan rasa kasih sayang? Lahirlah juga disana agama yang mengutamakan kasih sayang dengan lambang manusia disalib dan Maria ibu pengasih. Tapi itupun belum mampu mendamaikan rakyat diatas bumi itu.

Wahai manusia abad ke 21, apakah wahana kehidupan, wahana kedamaian, wahana dan sarana keharmonisan antar manusia. Mungkin kita harus mengerti secara aksi lagu Imagine nya John Lennon.
......

Sebelum berbicara tentang seorang presiden, tugasnya, pribadinya, budayanya, politiknya, filsafat hidupnya, dll. , penting sebelumnya diketahui tentang parameter sikap hidupnya, sikap pikiran, kendali bayu, emosinya, dan tingkah lakunya.
Seorang yang mendapat kedudukan di pemerintahan berkat jalan politik golongan, jalan golongan aliran pikiran, jalan golongan keagamaan, dllnya, setelah menjadi presiden sudah selayaknya "mobil politik" , wahana pengangkutnya harus ditinggalkan, dilepas, dengan segala kriteria kepentingan golongan harus di lepas, harus diparking, karena presiden negara akan mengutamakan kepentingan negara, rakyat, tanah airnya.

Negara Indonesia berdasar pada UUD45 yang preambulnya :
PEMBUKAAN
( P r e a m b u l e)
Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan.

Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.


Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Baca lengkap UUD45 Republik Indonesia

Sedikit cuplikan tentang bentuk kedaulatan negara Indonesia:

UNDANG-UNDANG DASAR
BAB I
BENTUK DAN KEDAULATAN
Pasal 1
(1) Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik.
(2) Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar.***)
(3) Negara Indonesia adalah negara hukum. ***)

Presiden, yang ada didepan pengikutnya, memandu jalan kehidupan.
Kepentingan pribadi telah ditiadakan, yang diadakan adalah kepentingan negara, rakyat/ bangsa diutamakan.

akan bersambung
Montreuil 21 july 2014